FAM68 – Dari Figo hingga Milla: El Clasico kembali menghiasi akhir pekan ini. Real Madrid akan menjamu Barcelona di Santiago Bernabeu pada pekan ke-10 La Liga 2025/2026, Minggu (26/10/2025). Duel dua raksasa Spanyol ini selalu memunculkan gengsi besar dan cerita panjang tentang rivalitas abadi.
El Clasico tidak hanya berbicara soal kemenangan di lapangan, tetapi juga tentang kisah pemain yang pernah membela kedua klub tersebut. Meski jarang terjadi, beberapa nama besar dunia pernah menyeberang dari Camp Nou ke Bernabeu—atau sebaliknya.
Dari Luis Figo yang memicu kontroversi, hingga Ronaldo Nazário yang dicintai oleh dua kubu, mereka semua meninggalkan jejak tak terlupakan. Salah satu di antaranya bahkan akrab bagi publik Indonesia, yaitu Luis Milla, mantan pelatih Timnas Indonesia dan Persib Bandung.
Menjelang duel panas kali ini, berikut deretan pemain top yang pernah mengenakan dua jersey paling prestisius di dunia sepak bola.
Berita Bola Sebelumnya :Modal Kepercayaan Diri Tinggi, MU Siap Bungkam Brighton di Old Trafford
Dari Figo hingga Milla: Luis Figo Simbol Pengkhianatan El Clasico

FAM68 – Tidak ada nama yang lebih identik dengan kontroversi El Clasico selain Luis Figo. Gelandang asal Portugal ini bergabung dengan Barcelona dari Sporting CP pada musim 1995/1996 dan menjadi sosok penting di lini tengah Blaugrana. Dalam lima musim, ia membantu tim meraih dua gelar La Liga dan sejumlah trofi domestik.
Musim panas tahun 2000 menjadi titik balik besar dalam kariernya. Figo memilih pindah ke Real Madrid dengan nilai transfer tertinggi di dunia saat itu, langkah yang memicu kemarahan pendukung Barcelona. Ia kemudian menjadi bagian awal dari era Los Galácticos di Bernabeu.
Selama lima musim berseragam Madrid, Figo menambah koleksi dua gelar La Liga, satu Liga Champions, dan satu Piala Interkontinental. Ia bahkan mencetak gol di El Clasico untuk kedua tim — tiga gol untuk Barcelona dan satu untuk Madrid.
Setiap kali kembali ke Camp Nou, Figo selalu menghadapi atmosfer panas yang mencerminkan intensitas rivalitas dua klub raksasa ini.
Dari Figo hingga Milla: Ronaldo Nazário Fenomena di Dua Dunia

FAM68 – Ronaldo Nazário menjadi satu dari sedikit pemain yang dicintai oleh fans kedua kubu. Ia bergabung dengan Barcelona pada musim 1996/1997 dan langsung membuat dunia terpukau. Gol solo run-nya ke gawang Compostela masih dianggap salah satu yang terbaik dalam sejarah La Liga.
Meski hanya semusim di Camp Nou, Ronaldo mencetak 47 gol dari 49 laga dan membawa Barcelona menjuarai Piala Winners serta Copa del Rey. Ia kemudian pindah ke Inter Milan, sebelum kembali ke Spanyol pada 2002 untuk memperkuat Real Madrid.
Bersama Los Blancos, Ronaldo menjadi bagian penting generasi Galácticos bersama Zidane, Figo, dan Beckham. Ia meraih gelar La Liga 2002/2003 dan mencetak empat gol di El Clasico untuk Madrid, serta dua gol untuk Barcelona.
Ronaldo menjadi simbol respek di tengah rivalitas: legenda sejati yang tetap dicintai oleh dua kubu.
Samuel Eto’o: Dari Buangan Madrid Jadi Raja di Barcelona

FAM68 – Samuel Eto’o memulai karier di akademi Real Madrid, tetapi gagal menembus tim utama. Ia sempat dipinjamkan ke Leganés, Espanyol, dan Mallorca sebelum Madrid melepasnya secara permanen.
Keputusan itu menjadi kesalahan besar. Setelah bergabung dengan Barcelona pada 2004, Eto’o menjelma menjadi mesin gol mematikan. Dalam lima musim, ia mencetak lebih dari 100 gol dan mempersembahkan tiga gelar La Liga serta dua trofi Liga Champions.
Eto’o bersinar di berbagai edisi El Clasico. Dari delapan penampilan, ia mencetak empat gol, termasuk gol penting di musim 2004/2005 yang membantu Barcelona meraih gelar liga pertama di era Frank Rijkaard.
Dari pemain buangan menjadi simbol kejayaan Blaugrana, Eto’o membuktikan bahwa balas dendam terbaik adalah kemenangan.
Luis Enrique: Kapten Dua Dunia

FAM68 – Luis Enrique menjadi contoh langka pemain yang tetap dihormati oleh dua kubu rival. Ia memulai karier di Sporting Gijón, lalu bergabung dengan Real Madrid pada 1991. Bersama Los Blancos, ia meraih satu gelar La Liga dan tampil reguler selama lima musim.
Pada 1996, Enrique membuat keputusan mengejutkan dengan pindah ke Barcelona secara gratis. Di Camp Nou, ia tampil selama delapan musim dan mengoleksi tujuh trofi, termasuk dua gelar La Liga dan dua Copa del Rey.
Enrique dikenal karena semangat juang dan kemampuannya bermain di berbagai posisi. Dalam 31 penampilan di El Clasico, ia mencetak enam gol — satu untuk Madrid dan lima untuk Barcelona.
Setelah pensiun, Enrique melanjutkan kiprahnya sebagai pelatih dan membawa Barcelona meraih treble winners pada 2014/2015. Ia menjadi sosok langka yang sukses di kedua sisi rivalitas, baik sebagai pemain maupun pelatih.
Michael Laudrup: Elegansi di Tengah Rivalitas

FAM68 – Michael Laudrup dikenal sebagai salah satu pemain paling elegan yang pernah tampil di El Clasico. Gelandang asal Denmark ini bergabung dengan Barcelona pada 1990 dan menjadi bagian dari Dream Team asuhan Johan Cruyff.
Selama lima musim, Laudrup membantu Barcelona meraih empat gelar La Liga dan satu Piala Champions Eropa. Pada 1994, ia mengambil langkah berani dengan bergabung ke Real Madrid dan langsung memenangkan gelar La Liga pada musim debutnya.
Laudrup sempat mencetak gol ke gawang Madrid saat masih berseragam Blaugrana dan menjadi satu-satunya pemain yang tampil dalam dua kemenangan bersejarah: 5-0 untuk Barcelona pada 1994 dan 5-0 untuk Madrid pada 1995.
Meski menyeberang ke rival, Laudrup tetap dikenang karena teknik, visi bermain, dan sikap profesionalnya.
Berita Bola Selanjutnya :Liverpool Akhiri Tren Negatif, Hajar Frankfurt 5-1 di Anfield
Luis Milla: Dari Camp Nou ke Bernabeu, Kini Dikenal di Indonesia

FAM68 – Luis Milla mungkin tidak sepopuler nama-nama sebelumnya, tetapi kisahnya tak kalah menarik. Lahir di Teruel pada 1966, Milla menembus tim utama Barcelona pada 1985 dan bertahan hingga 1990. Ia meraih satu gelar La Liga, satu Copa del Rey, dan satu Piala Winners.
Pada 1990, Milla berani pindah ke Real Madrid. Ia bermain hingga 1997 dan menambah dua gelar La Liga, satu Copa del Rey, serta dua Piala Super Spanyol. Ia kemudian menutup karier di Valencia dengan tambahan satu trofi Copa del Rey.
Setelah pensiun, Milla menekuni dunia kepelatihan. Ia melatih Timnas Spanyol U-21, Real Zaragoza, serta klub di Uni Emirat Arab. Di Asia, namanya dikenal luas setelah menangani Timnas Indonesia dan Persib Bandung.
Kini, Luis Milla dihormati di dua benua: Eropa dan Asia. Ia menjadi contoh profesional sejati yang mampu melintasi batas rivalitas dengan dedikasi tinggi.
Dari Figo hingga Milla: 🔥 Penutup
FAM68 – El Clasico bukan hanya pertarungan dua klub besar, tetapi juga panggung sejarah bagi para pemain yang berani menyeberang di antara dua dunia yang bertolak belakang.
Dari Figo hingga Milla, mereka semua menulis bab unik dalam kisah rivalitas terbesar sepak bola dunia.







